top of page

Rest in Peace, CDMA!


Tahun 1980-an merupakan masa kejayaan dari CDMA (Code Division Multiple Access). Jaringan CDMA banyak digunakan oleh lapisan masyarakat Indonesia karena beberapa faktor pendukung, seperti biaya operasional yang rendah dan kualitas sinyal yang cukup bagus pada saat itu. Operator CDMA juga menawarkan tarif menelepon dan SMS (Short Message Service) yang sangat murah. Namun disayangkan, CDMA saat ini mengalami kemunduran. Kira-kira apa saja penyebabnya? Check it out!

Beberapa operator CDMA seperti Esia, Flexi, StarOne, dan Smartfren mundur dari “bisnis” CDMA terhitung sejak tahun 2015 sampai sekarang dan memutuskan untuk bergabung dalam operator GSM meskipun para pengguna Smartfren masih bisa menggunakan gawai CDMA mereka.

Mantan pengguna CDMA tentu mengetahui bahwa tarif yang dipatok operator CDMA dijamin lebih murah dibandingkan GSM (Global System for Mobile). Hal ini disebabkan karena kecilnya frekuensi yang dipakai oleh jaringan CDMA (800 Mhz) sehingga kapasitas BTS (salah satu satuan unit dari kapasitas sinyal) dari CDMA bisa menampung 10 kali lipat lebih banyak pengguna dibandingkan pada BTS operator GSM. Hal ini menyebabkan operator CDMA dapat menekan tarif mereka menjadi murah.

Namun keunggulan dari operator CDMA ini ternyata tidak dapat bertahan sepanjang jaman. Sejak era globalisasi dan maraknya internet di Indonesia, operator CDMA ternyata tidak mampu mengimbangi perkembangan operator GSM yang pada saat ini sudah memiliki jaringan 4G LTE (Long-Term Evolution) dengan kecepatan internet yang menembus 300 Mbps, jauh lebih cepat daripada operator CDMA. Operator CDMA juga memiliki range frekuensi yang kecil, yaitu 800-900 Mhz di Indonesia dan berbeda-beda dengan operator CDMA lainnya di tiap-tiap negara. Hal ini membuat operator CDMA Indonesia tidak bisa fleksibel dan digunakan untuk handphone keluaran luar negeri. Sedangkan operator GSM memiliki range frekuensi yang cukup luas di Indonesia, yaitu mulai 850Mhz sampai 4200Mhz sehingga handphone atau smartphone dari manapun dapat digunakan di Indonesia.

Sifat rigid dari operator CDMA yang berkepanjangan ini menyebabkan operator CDMA semakin ditinggalkan. Selain itu, jumlah produsen gawai CDMA semakin berkurang. Dihilangkannya CDMA di Indonesia mungkin menyebabkan beberapa traffic jaringan yang sebelumnya ada menjadi berkurang. Selain itu, penghapusan operator CDMA akan mengurangi biaya operasi pada frekuensi tersebut. Beberapa pelanggan CDMA menyayangkan keadaan ini, namun operator GSM telah menyediakan beberapa paket murah dalam tarif menelpon, SMS, dan internet sehingga mantan pengguna CDMA dapat menjadikan GSM sebagai solusi berikutnya. So, goodbye CDMA.

Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page